Menurut kamus psikologi I, mental dalam arti khusus
adalah suatu kemampuan menyesuaikan diri yang serius sifatnya yang
mengakibatkan kemampuan tertentu dan pencapaian tertentu. Berdasarkan
pengertian di atas, perkembangan mental individu adalah perubahan kemampuan
seorang individu dalam menyesuaikan diri. Perkembangan mental individu dimulai
dari masa balita, anak-anak, remaja hingga akhirnya dewasa dimana seorang
individu dianggap sudah dapat memposisikan dirinya sesuai dengan sifat dan
lingkungannya. Pada masa balita, seorang individu mulai mencari tahu tentang
lingkungannya. Kemudian, pada masa anak-anak, individu mulai mempelajari
lingkungannya. Pada masa ini, individu mulai mempelajari nilai dan norma yang
berlaku di lingkungannya. Selanjutnya, masa remaja adalah masa dimana seorang
individu mulai belajar mengambil sikap terhadap setiap hal yang berada dalam
lingkungannya. Pada masa ini, biasanya seorang individu mulai belajar
beradaptasi dengan lingkungan lain selain keluarga, sehingga peran keluarga
mulai berkurang. Terakhir, masa dewasa, masa dimana mental seorang individu
dianggap sudah ‘matang’. Pada masa ini, seorang individu dianggap sudah dapat
mengambil sikap yang benar terhadap masalah yang dihadapi.
Perkembangan mental individu tidak terlepas dari
faktor lingkungannya. Keluarga, sebagai lingkungan pertama yang dikenal
individu merupakan faktor terkuat yang mempengaruhi perkembangan mental seorang
individu, terutama saat individu berada di masa balita dan anak-anak. Hal ini
disebabkan mayoritas waktu pada masa ini dihabiskan bersama keluarga. Peran
keluarga dalam memberikan dukungan sosial terhadap individu di masa
perkembangan mentalnya sangat besar dan akan memberikan pengaruh jangka panjang
hingga individu tersebut dewasa. Misalnya, seorang individu yang pada masa
anak-anaknya merasa ditelantarkan oleh orang tuanya cenderung tumbuh sebagai
pribadi yang tertutup dan tidak peduli dengan lingkungannya. Hal ini
dikarenakan individu tersebut merasa tidak dipedulikan oleh orang tuanya
sehingga ia akan kesulitan untuk mempercayai orang lain.
Selain itu, dukungan sosial dari keluarga juga akan
membentuk sifat yang melandasi sikap dari seorang individu. Misalnya, seorang
individu yang pada masa anak-anaknya menerima dukungan dalam bentuk motivasi
diri dari keluarganya. Saat dewasa, dalam mental individu tersebut akan
terbentuk rasa percaya diri dan menghargai orang lain. Ia akan menghargai dan
memotivasi orang yang kurang memiliki rasa percaya diri.
Cohen,
Mermelstein, Kamarck dan Hoberman (1985) menyimpulkan empat bentuk dukungan
sosial yang berpengaruh terhadap respon individu pada kondisi yang menekan
yaitu:
1. Dukungan praktis (tangible support) atau bantuan-bantuan
yang bersifat pelayanan seperti membantu dalam melakukan kegiatan sehari-hari
maupun bantuan secara finansial. Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan
praktis dan konkrit diantaranya : bantuan langsung dari orang yang diandalkan
seperti materi, tenaga dan sarana. Manfaat dukungan ini adalah mendukung
pulihnya energi atau stamina dan semangat yang menurun selain itu individu
merasa bahwa masih ada perhatian atau kepedulian dari lingkungan terhadap
seseorang yang sedang mengalami kesusahan atau penderitaan (Friedman, 1998).
2. Dukungan informasi (appraisal
support) atau suatu bentuk bantuan yang membantu individu dalam memahami
kejadian yang menekan dengan lebih baik serta memberikan pilihan strategi coping yang harus dilakukan guna
menghadapi kejadian tersebut. Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan diseminator informasi tentang dunia
yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan
ini adalah dapat menekan munculnya suatu stresor
karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu.
Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasihat, usulan, saran, petunjuk dan
pemberian informasi (Friedman 1998)
3. Dukungan harga diri (self
esteem) atau suatu bentuk bantuan dimana individu merasakan adanya
perasaan positif akan dirinya bila dibandingkan keadaan yang dimiliki dengan
orang lain, yang membuat individu merasa sejajar dengan orang lain seusianya.
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan
menengahi masalah serta sebagai sumber validator
identitas anggota keluarga, diantaranya : memberikan support, pengakuan, penghargaan dan
perhatian (Friedman, 1998).
4. Dukungan belonging, suatu
bentuk bantuan dimana individu tahu bahwa ada orang lain yang dapat diandalkan
ketika ia ingin melakukan suatu kegiatan bersama dengan orang lain. Keluarga
sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta
membantu penguasaan terhadap emosi. Manfaat dari dukungan ini adalah secara emosional menjamin nilai-nilai
individu (baik pria maupun wanita) akan selalu terjaga kerahasiaannya dari
keingintahuan orang lain. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan
yang diwujudkan dalam bentuk afeksi,
adanya kepercayaan, perhatian dan mendengarkan serta didengarkan (Friedman,
1998).
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar