Kali ini saya akan membahas
tentang suku asmat. Suku asmat adalah salah satu suku terbesar yang ada di pulau
Papua yang terkenal dengan kerajinan seni ukirnya. Fisik mereka biasanya berbadan
tegap, berhidung mancung, rambut dan kulit yang berwarna hitam dan bermata
bulat. Sebagaimana suku baduy
yang saya bahas minggu lalu, suku asmat juga merupakan suku terasing di
Indonesia.
Suku asmat terbagi dua, yaitu
suku asmat yang tinggal di daerah pedalaman dan di daerah Teluk flaminggo.
Keduanya memiliki cara hidup, struktur sosial, dan ritual yang berbeda-beda.
Namun, di antara keduanya, masih terdapat sebuah persamaan, yaitu mitos tentang
asal dari suku mereka. Berdasarkan mitos tersebut, suku asmat berasal dari anak
dewa yang berasal dari dunia mistik atau gaib yang lokasinya berada di mana
mentari tenggelam setiap sore hari. Mereka yakin bila nenek moyangnya pada
jaman dulu melakukan pendaratan di bumi di daerah pegunungan. Perbedaannya, dalam
mitos suku asmat dari daerah teluk flaminggo, dewa itu bernama Fumuripitis.
Dalam perjalanannya dari hulu sungai ke arah laut, ia diserang oleh seekor
buaya raksasa. Perahu lesung yang ditumpanginya tenggelam. Dalam perkelahian
sengit yang terjadi, ia dapat membunuh si buaya, tetapi ia sendiri luka parah.
Ia terbawa arus sampai ke tepi sungai lalu dirawat oleh seekor burung flaminggo
hingga sembuh.
Suku asmat merupakan suku yang
terbilang unik. Mereka memiliki kepercayaan animisme, yaitu kepercayaan kepada
nenek moyang. Salah satu contoh penerapan kepercayaan mereka adalah cara yang
dipakai Suku Asmat membunuh musuhnya. Ketika musuh terbunuh, mayatnya dibawa ke
kampung, kemudian dipotong dan dibagikan kepada seluruh penduduk untuk memakan
bersama. Mereka menyanyikan lagu kematian dan memenggal kepalanya. Otaknya
dibungkus daun sago dan dipanggang kemudian dimakan.
Kehidupan orang-orang Asmat juga sangat
terkait erat dengan alam sekitarnya. Mereka percaya bahwa alam ini didiami oleh
roh, jin, dan makhluk-makhluk halus, yang disebut setan. Setan ini digolongkan
ke dalam 2 kategori :
1.
Setan yang
membahayakan hidup
Setan yang membahayakan hidup ini dipercaya oleh orang Asmat sebagai setan yang
dapat mengancam nyawa dan jiwa seseorang. Seperti setan perempuan hamil yang
telah meninggal atau setan yang hidup di pohon beringin, roh yang membawa penyakit
dan bencana (Osbopan).
2.
Setan yang tidak membahayakan hidup
Setan dalam kategori ini dianggap oleh masyarakat Asmat sebagai setan yang
tidak membahayakan nyawa dan jiwa seseorang, hanya saja suka menakut-nakuti dan
mengganggu saja. Selain itu orang Asmat juga mengenal roh yang sifatnya baik
terutama bagi keturunannya., yaitu berasal dari roh nenek moyang yang disebut
sebagai yi-ow
Suku Asmat percaya bahwa kematian yang datang kecuali pada usia yang terlalu tua atau terlalu muda, adalah disebabkan oleh tindakan jahat, baik dari kekuatan magis atau tindakan kekerasan. Kepercayaan mereka mengharuskan pembalasan dendam untuk korban yang sudah meninggal. Sampai pada akhir abad 20an, para pemuda Asmat memenuhi kewajiban dan pengabdian mereka terhadap sesama anggota, kepada leluhur dan sekaligus membuktikan kejantanan dengan membawa kepala musuh mereka, sementara bagian badannya di tawarkan untuk dimakan anggota keluarga yang lain di desa tersebut.
Apabila ada orang tua yang sakit,
maka keluarga terdekat berkumpul mendekati si sakit sambil menangis sebab
mereka percaya ajal akan menjemputnya. Tidak ada usaha-usaha untuk mengobati
atau memberi makan kepada si sakit. Keluarga terdekat si sakit tidak berani
mendekatinya karena mereka percaya si sakit akan ´membawa´ salah seorang dari
yang dicintainya untuk menemani. Di sisi rumah dimana si sakit dibaringkan,
dibuatkan semacam pagar dari dahan pohon nipah. Ketika diketahui bahwa si sakit
meninggal maka ratapan dan tangisan menjadi-jadi. Keluarga yang ditinggalkan
segera berebut memeluk sisakit dan keluar rumah mengguling-gulingkan tubuhnya
di lumpur. Sementara itu, orang-orang di sekitar rumah kematian telah menutup semua
lubang dan jalan masuk (kecuali jalan masuk utama) dengan maksud
menghalang-halangi masuknya roh-roh jahat yang berkeliaran pada saat menjelang
kematian. Orang-orang Asmat menunjukkan kesedihan dengan cara menangis setiap
hari sampai berbulan-bulan, melumuri tubuhnya dengan lumpur dan mencukur habis
rambutnya. Yang sudah menikah berjanji tidak akan menikah lagi (meski nantinya
juga akan menikah lagi) dan menutupi kepala dan wajahnya dengan topi agar tidak
menarik bagi orang lain.
Mayat orang yang telah meninggal
biasa diletakkan di atas para (anyaman bambu), yang telah disediakan di luar
kampung dan dibiarkan sampai busuk. Kelak, tulang belulangnya dikumpulkan dan
disipan di atas pokok-pokok kayu. Tengkorak kepala diambil dan dipergunakan
sebagai bantal petanda cinta kasih pada yang meninggal. Orang Asmat percaya
bahwa roh-roh orang yang telah meninggal tersebut (bi) masih tetap berada di
dalam kampung, terutama kalau orang itu diwujudkan dalam bentuk patung mbis,
yaitu patung kayu yangtingginya 5-8 meter. Cara lain yaitu dengan meletakkan
jenazah di perahu lesung panjang dengan perbekalan seperti sagu dan ulat sagu
untuk kemudian dilepas di sungai dan seterusnya terbawa arus ke laut menuju peristirahatan
terakhir roh-roh.
Saat ini, dengan masuknya pengaruh
dari luar, orang Asmat telah mengubur jenazah dan beberapa barang milik pribadi
yang meninggal. Umumnya, jenazah laki-laki dikubur tanpa menggunakan pakaian,
sedangkan jenazah wanita dikubur dengan menggunakan pakaian. Meski demikian,
Orang Asmat masih tidak memiliki pemakaman umum. Jenazah biasanya dikubur di
hutan, di pinggir sungai atau semak-semak tanpa nisan. Namun, dimanapun jenazah
itu dikubur, keluarga tetap dapat menemukan kuburannya.
Sekian dulu ya, penjelasan singkat dari saya mengenai suku Asmat. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata atau kekurangan data. Semoga di postingan selanjutnya saya dapat melengkapi lagi tulisan ini. Akhir kata, saya ucapkan terimakasih untuk yang telah membaca postingan ini. Sampai jumpa di postingan berikutnya :)
Sumber : http://loita-kurrota-a.blog.ugm.ac.id/2011/11/09/sistem-kepercayaan-suku-asmat/ dan sumber lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar