18 Oktober 2014

Efek Urbanisasi terhadap Kehidupan Masyarakat Perkotaan

Urbanisasi adalah perpindahan dari desa ke kota. Perpindahan penduduk ini dipengaruhi oleh beberapa faktor . Faktor tersebut digolongkan dalam dua golongan yaitu faktor pendorong dan faktor penarik. Faktor pendorong terjadinya urbanisasi antara lain kurangnya lapangan pekerjaan di pedesaan, lahan pertanian yang semakin sempit, terbatasnya sarana dan prasarana di desa, dan impian dari pelaku untuk memperbaiki hidupnya. Sementara itu, faktor penarik terjadinya urbanisasi antara lain kehidupan kota yang modern, sarana dan prasarana yang lebih lengkap, lapangan pekerjaan dengan upah yang lebih baik, dan kualitas pendidikan yang lebih baik.
Urbanisasi hampir selalu dianggap sebagai suatu tren negatif. Hal ini dikarenakan mayoritas pelaku urbanisasi tidak membekali dirinya dengan motivasi yang kuat dan ilmu yang memadai. Kebanyakan pelaku urbanisasi hanya membawa mimpi dan bekal seadanya dengan harapan hidupnya akan membaik. Padahal, untuk bertahan hidup dan mencari pekerjaan di kota tidaklah mudah. Diperlukan pengetahuan yang memadai dan niat yang sungguh-sungguh untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak.
Pelaku urbanisasi yang tidak memiliki bekal yang cukup akan membawa dampak buruk bagi perkotaan. Dampak buruk yang paling utama adalah meningkatnya populasi secara drastis. Dampak buruk lainnya adalah kelanjutan dari dampak buruk utama tersebut, antara lain
1.        Naiknya harga properti dan terciptanya lahan kumuh. Daerah perkotaan yang cenderung sempit, tidak sesuai untuk menampung populasi yang terlalu banyak. Akibatnya, harga tanah dan bangunan di perkotaan  menjadi sangat mahal dan terus meningkat seiring dengan bertambahnya populasi perkotaan.
2.        Pengangguran. Pelaku urbanisasi yang tidak membekali dirinya dengan cukup akan sulit untuk mendapatkan pekerjaan di kota. Hal ini dikarenakan pekerjaan di kota memerlukan keterampilan dan keahlian khusus untuk tiap pekerjaannya.
3.        Tingkat stress tinggi. Tak dapat dipungkiri bahwa peningkatan populasi penduduk merupakan salah satu faktor kemacetan yang terjadi di perkotaan. Kemacetan yang terus menerus terjadi ini merupakan salah satu faktor peningkat stress masyarakat perkotaan. Selain kemacetan, biaya hidup dan tekanan pekerjaan juga merupakan pemicu stress yang sering ditemui di perkotaan.
4.        Tingkat kriminalitas tinggi. Pengangguran yang kadar moralnya rendah akan dengan mudah melakukan kriminalitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu, tingkat stress yang tinggi juga dapat memicu terjadinya kriminalitas.
5.        Prostitusi, pengemis dan anak jalanan. Terkait dengan masalah pengangguran, terdapat banyak jalan dalam mengatasi masalah tersebut. Sayangnya, tidak semua jalan keluar menyelesaikan masalah dengan tuntas. Prostitusi merupakan salah satu jalan yang ditempuh pelaku urbanisasi yang kurang memiliki keterampilan. Selain itu, profesi pengemis dan anak jalanan juga merupakan salah satu pilihan kurang tepat yang biasa diambil para pelaku urbanisasi yang kurang memiliki keterampilan.
6.        Perkotaan yang tidak tertib. Dari segi tata letak kota, peningkatan populasi yang tak tertampung akan menimbulkan masalah pada keindahan kota. Beberapa fasilitas umum seringkali dialihfungsikan sebagai tempat tinggal semi permanent bagi pengemis dan gelandangan. Selain itu, anak jalanan juga seringkali merusak fasilitas umum dan mencoret-coret tembok di tempat umum.
Meski demikian, urbanisasi dapat tetap bermanfaat bagi perkotaan. Manfaat yang didapatkan dari urbanisasi, antara lain
1.        Mempercepat petumbuhan ekonomi. Peningkatan populasi akan memicu percepatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan kebutuhan yang semakin meningkat dari populasi tersebut akan memacu produsen untuk memproduksi lebih banyak produk. Produktivitas perusahaan yang meningkat akan mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
2.        Memenuhi kebutuhan tenaga kerja. Tak dapat dipungkiri, tenaga kerja dari pedesaan relatif lebih murah dibandingkan tenaga kerja dari perkotaan. Hal ini juga didukung dengan adanya pekerjaan-pekerjaan yang lebih membutuhkan tenaga kerja terlatih dibandingkan tenaga kerja terdidik. Oleh karena itu, pelaku urbanisasi yang telah memiliki keterampilan dapat bermanfaat untuk mengisi kekosongan tenaga kerja terlatih di perkotaan.
3.        Memperkaya budaya suatu daerah perkotaan. Setiap daerah memiliki budayanya masing-masing. Begitu pula tiap pelaku urbanisasi dari daerah tertentu. Pelaku urbanisasi dari daerah dengan adat yang kuat akan membawa serta budayanya ke perkotaan. Hal ini dapat bermanfaat bagi masyarakat perkotaan yang ingin mempelajari budaya daerah.
Demikian dampak urbanisasi bagi masyarakat perkotaan. Menurut saya, urbanisasi tidaklah selalu buruk karena semakin banyak pendatang yang berkemampuan memadai berdatangan ke perkotaan akan semakin memacu persaingan antar masyarakat. Sebagaimana yang kita ketahui, persaingan adalah salah satu pemicu perkembangan yang paling efektif. Jadi, asalkan diolah dengan baik, urbanisasi dapat mempercepat pembangunan suatu perkotaan
Sumber :

Dukungan Sosial Keluarga terhadap Perkembangan Mental Individu

Menurut kamus psikologi I, mental dalam arti khusus adalah suatu kemampuan menyesuaikan diri yang serius sifatnya yang mengakibatkan kemampuan tertentu dan pencapaian tertentu. Berdasarkan pengertian di atas, perkembangan mental individu adalah perubahan kemampuan seorang individu dalam menyesuaikan diri. Perkembangan mental individu dimulai dari masa balita, anak-anak, remaja hingga akhirnya dewasa dimana seorang individu dianggap sudah dapat memposisikan dirinya sesuai dengan sifat dan lingkungannya. Pada masa balita, seorang individu mulai mencari tahu tentang lingkungannya. Kemudian, pada masa anak-anak, individu mulai mempelajari lingkungannya. Pada masa ini, individu mulai mempelajari nilai dan norma yang berlaku di lingkungannya. Selanjutnya, masa remaja adalah masa dimana seorang individu mulai belajar mengambil sikap terhadap setiap hal yang berada dalam lingkungannya. Pada masa ini, biasanya seorang individu mulai belajar beradaptasi dengan lingkungan lain selain keluarga, sehingga peran keluarga mulai berkurang. Terakhir, masa dewasa, masa dimana mental seorang individu dianggap sudah ‘matang’. Pada masa ini, seorang individu dianggap sudah dapat mengambil sikap yang benar terhadap masalah yang dihadapi.
Perkembangan mental individu tidak terlepas dari faktor lingkungannya. Keluarga, sebagai lingkungan pertama yang dikenal individu merupakan faktor terkuat yang mempengaruhi perkembangan mental seorang individu, terutama saat individu berada di masa balita dan anak-anak. Hal ini disebabkan mayoritas waktu pada masa ini dihabiskan bersama keluarga. Peran keluarga dalam memberikan dukungan sosial terhadap individu di masa perkembangan mentalnya sangat besar dan akan memberikan pengaruh jangka panjang hingga individu tersebut dewasa. Misalnya, seorang individu yang pada masa anak-anaknya merasa ditelantarkan oleh orang tuanya cenderung tumbuh sebagai pribadi yang tertutup dan tidak peduli dengan lingkungannya. Hal ini dikarenakan individu tersebut merasa tidak dipedulikan oleh orang tuanya sehingga ia akan kesulitan untuk mempercayai orang lain.
Selain itu, dukungan sosial dari keluarga juga akan membentuk sifat yang melandasi sikap dari seorang individu. Misalnya, seorang individu yang pada masa anak-anaknya menerima dukungan dalam bentuk motivasi diri dari keluarganya. Saat dewasa, dalam mental individu tersebut akan terbentuk rasa percaya diri dan menghargai orang lain. Ia akan menghargai dan memotivasi orang yang kurang memiliki rasa percaya diri.
Cohen, Mermelstein, Kamarck dan Hoberman (1985) menyimpulkan empat bentuk dukungan sosial yang berpengaruh terhadap respon individu pada kondisi yang menekan yaitu:
1. Dukungan praktis (tangible support) atau bantuan-bantuan yang bersifat pelayanan seperti membantu dalam melakukan kegiatan sehari-hari maupun bantuan secara finansial. Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit diantaranya : bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti materi, tenaga dan sarana. Manfaat dukungan ini adalah mendukung pulihnya energi atau stamina dan semangat yang menurun selain itu individu merasa bahwa masih ada perhatian atau kepedulian dari lingkungan terhadap seseorang yang sedang mengalami kesusahan atau penderitaan (Friedman, 1998).
2. Dukungan informasi (appraisal support) atau suatu bentuk bantuan yang membantu individu dalam memahami kejadian yang menekan dengan lebih baik serta memberikan pilihan strategi coping yang harus dilakukan guna menghadapi kejadian tersebut. Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan diseminator informasi tentang dunia yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stresor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasihat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi (Friedman 1998)
3. Dukungan harga diri (self esteem) atau suatu bentuk bantuan dimana individu merasakan adanya perasaan positif akan dirinya bila dibandingkan keadaan yang dimiliki dengan orang lain, yang membuat individu merasa sejajar dengan orang lain seusianya. Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi masalah serta sebagai sumber validator identitas anggota keluarga, diantaranya : memberikan support, pengakuan, penghargaan dan perhatian (Friedman, 1998).
4. Dukungan belonging, suatu bentuk bantuan dimana individu tahu bahwa ada orang lain yang dapat diandalkan ketika ia ingin melakukan suatu kegiatan bersama dengan orang lain. Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Manfaat dari dukungan ini adalah secara emosional menjamin nilai-nilai individu (baik pria maupun wanita) akan selalu terjaga kerahasiaannya dari keingintahuan orang lain. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian dan mendengarkan serta didengarkan (Friedman, 1998).
Sumber