Kesetaraan
gender merupakan isu yang tak kunjung selesai dibahas di berbagai kalangan dan
berbagai generasi. Sejak zaman perjuangan, kita mengenal Raden Ajeng Kartini
dan Dewi Sartika yang memperjuangkan kesetaraan gender di bidang pendidikan. Lantas
bagaimanakah kesetaraan gender saat ini? Sudahkah peran pria setara dengan
peran wanita?
Menurut
saya, peran pria dan wanita sudah cukup setara dalam berbagai bidang. Misalnya,
di bidang politik, Indonesia pernah dipimpin oleh seorang presiden perempuan,
yakni Bu Megawati Sukarnoputri. Juga Cut Nyak Dien dan Martha Christina Tiahahu,
para pejuang wanita yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Beberapa jabatan
dan pekerjaan lainnya yang dianggap milik kaum pria juga telah banyak yang
diambil alih oleh kaum wanita, mulai dari tukang ojek hingga astronot.
Sayangnya,
terkadang peran wanita masih banyak diragukan di berbagai bidang bahkan oleh
kaum wanita sendiri. Ungkapan lama yang mengatakan “setinggi-tingginya wanita
bersekolah jatuhnya ke dapur juga” agaknya merupakan ungkapan yang paling sering
ditemui bila seorang anak perempuan ingin melanjutkan sekolah. Ungkapan-ungkapan
bernada sinis dan pesimis seperti inilah yang menghambat proses penyetaraan
gender di masyarakat. Akibatnya, kaum perempuan tersisihkan dan dihambat untuk
maju. Selain itu, rasa pesimis juga seringkali menghinggap dalam diri perempuan
tersebut sehingga mereka menyerah untuk memperjuangkan kesetaraan gender. Hal
seperti inilah yang harus diperjuangkan menurut saya. Kesamaan hak bagi tiap
gender untuk menikmati hasil pembangunan dan berpartisipasi di berbagai bidang
merupakan suatu hal yang masih harus diperjuangkan hingga saat ini. Memang,
secara kodrat, seorang wanita bertugas mengurus keluarga. Namun, pada kenyataannya,
banyak wanita sanggup berkarir tanpa mengabaikan tanggung jawabnya terhadap
keluarga. Dengan dukungan dari keluarga, saya percaya itu hal yang tidak
mustahil.
Thanks to inspire
me, my mom. Happy Mothers Day.
Also thanks to my
friends: