2 Desember 2013

Tawuran Antarpelajar


Sebenarnya saya sendiri tidak mau menyebutnya sebagai budaya karena saya mengganggap hal ini bukan sesuatu yang harus dibanggakan dan terus dilestarikan. Namun, bila dilihat dari sisi pewarisannya secara turun temurun setiap tahun, harus diakui bahwa memang sepertinya hal ini sudah dianggap budaya di kalangan pelajar.

Lalu, apa itu tawuran? Saya rasa kita semua sudah sering mendengarnya. Menurut Wikipedia, tawuran adalah perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat yang menjurus ke arah tindakan bentrok. Lalu, apa sih penyebab tawuran itu?
Menurut salah satu kompasianer, tawuran disebabkan beberapa faktor, yaitu
1.     Faktor internal
Remaja yang terlibat perkelahian biasanya kurang mampu melakukan adaptasi pada situasi lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini berarti adanya keanekaragaman pandangan, budaya, tingkat ekonomi, dan semua rangsang dari lingkungan yang makin lama makin beragam dan banyak. Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan pada setiap orang. Tapi pada remaja yang terlibat perkelahian, mereka kurang mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi itu untuk pengembangan dirinya. Mereka biasanya mudah putus asa, cepat melarikan diri dari masalah, menyalahkan orang / pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih menggunakan cara tersingkat untuk memecahkan masalah. Pada remaja yang sering berkelahi, ditemukan bahwa mereka mengalami konflik batin, mudah frustrasi, memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri yang kuat. Mereka biasanya sangat membutuhkan pengakuan.

2.    Faktor keluarga.
Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan (kurang harmonis) jelas berdampak pada anak. Ketika meningkat remaja, belajar bahwa kekerasan adalah bagian dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajar kalau ia melakukan kekerasan pula. Sebaliknya, orang tua yang terlalu melindungi anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya yang unik. Begitu bergabung dengan teman-temannya, ia akan menyerahkan dirnya secara total terhadap kelompoknya sebagai bagian dari identitas yang dibangunnya.

3.    Faktor sekolah.
Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar sekolah bersama teman-temannya. Baru setelah itu masalah pendidikan, di mana guru jelas memainkan peranan paling penting. Sayangnya guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara kekerasan (walau dalam bentuk berbeda) dalam “mendidik” siswanya.

4.    Faktor lingkungan
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap moral remaja. Masa remaja merupakan masa mencari jati diri atau masa pembentukan karakter. Jika lingkungan sekitarnya merupakan lingkungan yang baik, seorang remaja akan mempunyai karakter yang baik. Tapi sebaliknya, jika lingkungan dimana remaja tersebut tinggal atau bermain sangatlah buruk maka remaja tersebut akan memiliki moral yang buruk, memiliki karakter-karakter yang tercela di lingkungan seperti ini lah karakter-karakter preman tersebut tumbuh sehingga remaja-remaja tersebut pun cenderung kasar dan susah untuk diatur.

Lantas, bagaimana cara menyelesaikan permasalahan ini? Dari faktor yang telah disebutkan di atas, tentunya dapat kita bayangkan bahwa masalah ini bukanlah sebuah masalah yang dapat diselesaikan dengan mudah. Penyelesaiannya membutuhkan proses berkelanjutan, kesadaran dan kerjasama antara semua pihak, baik dari siswa sebagai pelaku tawuran maupun orangtua dan sekolah sebagai pendidik. Mengutip dari sebuah website homeschooling, ada beberapa cara yang efektif untuk mencegah terjadinya tawuran, antara lain dengan memfasilitasi siswa dengan kegiatan positif, menumbuhkan sikap optimis dan kepercayaan dalam diri para siswa serta menanamkan nilai-nilai agama dan moral yang membentengi para siswa dari tindakan anarkis seperti tawuran.


Referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Tawuran
http://www.fikarhomeschooling.net/index.php/86-news/123-penyebab-terjadinya-tawuran-antar-pelajar
http://sosbud.kompasiana.com/2013/06/09/budaya-tawuran-yang-turun-temurun-567229.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar